Jumat, 27 Juni 2014

Poses ektraksi dengan perbedaan pelarut



PENENTUAN JENIS PELARUT TERBAIK DALAM PROSES EKSTRAKSI KANDUNGAN LEMAK KACANG TANAH (Arachis Hipogea L)

Ervina Vony Yulia Nurlaita
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
email: ervinavony@gmail.com

ABSTRAK
Kacang tanah merupakan jenis polong-polongan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama kandungan minyak. Cara mendapatkan minyak pada kacang tanah dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi yang digunakan yaitu jenis lixiviation dengan tujuan untuk memperoleh komponen yang ada dalam zat padat. Pada proses ekstraksi pelarut yang digunakan yaitu pelarut polar (etanol) dan pelarut non polar (kloroform). Alat yang digunakan untuk mengekstak lemak dari kacang tanah adalah soxhlet. Dengan berat ampas sebesar -0.33 gram dan berat pelarut 0.77 gram pada pelarut etanol, sedangkan berat ampas -0.3 gram dan pelarut 0.73 gram pada kloroform memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh berbeda sehingga dari kedua jenis pelarut ini tidak memiliki pengaruh terhadap berlangsungnya proses ekstraksi namun dengan titik didih etanol 78.5ºc dan titik didih kloroform 61.2ºc maka pelarut yang terbaik adalah etanol. Karena etanol lebih cepat menguap sehingga pada proses ekstraksi juga dapat berlangsung dengan cepat dan lebih efektif.

Kata Kunci: Ekstraksi, Etanol, Kloroform, Kacang Tanah

PENDAHULUAN
Tanaman kacang tanah (Arachis hipogea L) termasuk tanaman polong-polongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman palawija jenis leguminoceae yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan minyak. Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati hingga selai. Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi yaitu berkisar antara 40-50% dan merupakan minyak nabati yang bebas kolesterol. Karena kandungan minyaknya cukup tinggi maka kacang tanah merupakan sumber minyak yang penting (Andaka, 2009).
Minyak yang terkandung dalam kacang tanah dapat dihasilkan dengan proses ekstraksi dan proses fermentasi. Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan cara rendering (dry rendering dan wet rendering) dan dengan cara mechanical expression serta solvent extraction. Pada proses ekstraksi ini, dengan adanya pemanasan solute yang terperangkap di dalam padatan mulai meleleh, bergerak melalui pori-pori padatan. Adanya penambahan pelarut menyebabkan pori-pori padatan mengembang dan pelarut yang masuk kemudian melarutkan solute dilanjutkan dengan berdifusi keluar permukaan partikel padatan dan bergerak ke lapisan film sekitar padatan, untuk selanjutnya ke badan cairan (Ramadhan, 2010).
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam–macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction). Ekstraksi akan berlangsung dengan baik bila diameter partikel diperkecil. Pengecilan ukuran ini akan memperluas bidang kontak antara kacang tanah dengan pelarut, sehingga produk ekstrak yang diperoleh pun akan semakin besar (Ketaren, 2008).
Pelarut etanol memiliki sifat dapat meleleh pada -114,1 ° C, mendidih pada 78,5 ° C, dan memiliki kerapatan 0,789 g / mL pada 20 ° C. Titik beku rendah berguna berguna sebagai cairan dalam termometer untuk suhu di bawah -40 ° C, titik beku air raksa, dan lainnya tujuan suhu rendah, seperti untuk antibeku dalam radiator mobil (Shakhasirhi, 2009).  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelarut yang terbaik antara pelarut polar (etanol) dan non polar (kloroform) dalam proses ekstraksi kandungan lemak kacang tanah (Arachis Hipogea L)

METODE
            Bahan yang dipakai untuk penelitian kali ini adalah kacang tanah sebagai bahan utamanya, sedangkan untuk bahan lainya yang dipakai antara lain dua pelarut yang berbeda yaitu pelarut polar dan pelarut non polar. Pelarut polar yang digunakan adalah etanol sedangkan pelarut non polarnya adalah klorofom. Alat yang dipakai yaitu soxhlet, oven, mortar, alu kertas saring, dan benang. Prosedur proses ekstraksi yang pertama yaitu menimbang kacang tanah sebesar 8 gram, kemudian menghaluskan dengan mortar dan alu.
            Setelah kacang tanah halus maka ditimbang sebanyak 2 gram dan kemudian dibungkus kedalam kertas saring langsung diikat dengan tali agar bahan yang dibungkus tidak tumpah waktu dimasukkan soxhlet. Setelah selesai dibungkus bahan langsung dimasukkan ke dalam soxhlet, proses ekstraksi berlangsung selama 4 jam dan akan tereflak oleh larutan selama 4 kali. Kemudian bahan yang telah diekstrak langsung dikeringkan pada oven dengan suhu 105ºc selama 30 menit, namun dilakukan pengulangan selama tiga kali pengovenan, hal ini berguna untuk mencari berat konstan. Setelah diperoleh berat konstan maka dilakukan perhitungan kadar lemak kacang tanah.


Rumus Perhitungan:
Ampas = Kadar lemak-pelarut
Pelarut = berat awal bahan-berat akhir
 
 




HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Berat bahan yang digunakan pada proses ekstraksi
Pelarut Polar (Etanol)
Pelarut Non Polar (Kloroform)
Berat kertas saring  = 0.61 gram
Berat tali                 = 0.17 gram
Berat bahan            = 2 gram
Berat total              = 2.77 gram
Berat kertas saring = 0.64 gram
Berat tali                = 0.08 gram
Berat bahan            = 2.01 gram
Berat total              =  2.73 gram

Tabel 2. Neraca massa antara pelarut polar dan pelarut non polar
Neraca Massa Pelarut polar (Etanol)
Kadar lemak 0.44 gram
Ampas => Kadar lemak – pelarut
                 0.44 gram- 0.77 gram= -0.33 gram
Pelarut => Berat awal- berat akhir
                  2.77 gram- 2 gram= 0.77 gram

Neraca Massa Pelarut Non Polar (Kloroform)
Kadar lemak 0.44 gram
Ampas => Kadar lemak – pelarut
                 0.44 gram- 0.74 gram= -0.3 gram
Pelarut => Berat awal- berat akhir
                  2.73 gram- 1.99 gram= 0.73 gram


Ekstraksi merupakan proses untuk memisahkan satu ataupun lebih komponen yang terdapat dalam fase padat dengan menggunakan bantuan fase cair yang biasa disebut dengan pelarut. Penelitian ini menggunakan dua pelarut yang berbeda kemudian membandingkan dua pelarut tersebut kemudian memilih pelarut yang terbaik yang dapat digunakan untuk mengekstrak lemak dari kacang tanah (Arachis Hipogea L) dan untuk mendapatkan kadar lemak yang diinginkan. Dari proses ekstraksi ini dilakukan proses ekstraksi jenis lixiviation yaitu proses ekstraksi yang bertujuan untuk memperoleh sebuah komponen yang ada dalam zat padat, contohnya ekstraksi minyak kedelai (Hidayati, 2014).
Pada proses ekstraksi terdapat tiga tahapan yaitu pertama tahap terbentuknya larutan antara zat padat dan pelarut. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih satu jam karena larutan dari bawah soxhlet diuapkan sampai semua larutan masuk melalui tabung tempat bahan diletakkan. Setelah larutan dan padatan tercampur maka tahapan kedua yaitu pelarut masuk kedalam pori-pori zat padat dan menarik komponen yang akan dipisahkan. Solute akan bergerak dari pori-pori ke permukaan zat padat karena adanya perbedaan konsentrasi. Dan setelah itu tahapan terakhir solute berpindah dari permukaan ke larutan sampai terjadi kesetimbangan (Hidayati, 2014).
Pada tabel 2 didapatkan berat ampas dan pelarut dari kedua jenis pelarut berat ampas sebesar -0.33 gram dan berat pelarut etanol sebesar 0.77 gram. Sedangkan pada ampas klorofom beratnya didapatkan sebesar -0.3 gram dan berat pelarut sebesar 0.73 gram. Dengan titik didih etanol sebesar 78.5ºc dan titik didih kloroform sebesar 61.2ºc dapat mempengaruhi kecepatan saat pendidihan pelarut sehingga ketika pelarut cepat mendidih dan mengalami proses penguapan maka proses reflak yang terjadi pada soxhlet ketika mengekstrak kacang tanah juga semakin cepat. Dengan tidak adanya perbedaan yang jauh berbeda dari berat ampas dan berat pelarut yang didapatkan maka dapat dikatakan antara perut polar (etanol) dan pelarut non polar (kloroform) tidak memiliki perbedaan pengaruh yang berbeda ketika digunakan untuk mengekstrak lemak kacang tanah, karena pada tipe pelarut utamanya etanol sering digunakan untuk mengekstraksi senyawa akrif dari bahan alam (Yuliani, 2013).
 Namun jika didasarkan pada titik didihnya maka pelarut etanol dan pelarut kloroform yang termasuk pelarut terbaik adalah pelarut etanol karena dengan titik didih rendah maka proses penguapan yang berlangsung pada tabung reflak dapat dicapai dalam waktu yang singkat, sehingga ketika penguapan berlangsung cepat maka saat mengekstrak juga bisa lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan pelarut yang memiiki titik didih yang lebih besar dari titik didih etanol.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah pertama jenis pelarut yang digunakan, pelarut yang digunakan harus memiliki polaritas yang sama dengan polaritas solute yang akan dipisahkan agar pada proses ekstraksi dapat berlangsung secara efektif. Kedua jumlah pelarut dan jumlah bahan yang akan dipisahkan setidaknya jumlahnya harus lebih banyak dari berat bahan yang akan diekstrak. Ketiga suhu atau temperature, karena semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula proses penguapan dan berlangsungnya ekstraksi juga semakin cepat. Dan yang terakhir adalah ukuran partikel, semakin besar luas permukaan bahan yang akan diekstrak maka semakin mudah pelarut untuk menembus pori-pori bahan dan menarik komponen yang akan diekstrak, terutama minyak pada kacang tanah yang akan diekstrak (Hidayati, 2014).

KESIMPULAN
Dengan hasil berat ampas dan berat pelarut yang dihasilkan dari kedua pelarut baik polar (etanol) ataupun non polar (kloroform) maka kedua pelarut ini sama-sama tidak memiliki pengaruh ketika digunakan dalam mengektrak kacang tanah dan umumnya untuk bahan-bahan alami. Sedangkan pelarut yang terbaik untuk mengekstak adalah pelarut etanol karena dengan titik didih yang lebih rendah dari titik didih kloroform maka hal itu dapat mempercepat proses penguapan saat ekstraksi sehingga proses ekstraksi yang berlangsung relatif lebih cepat dan efektif  pada mengekstrak kacang tanah (Arachis Hipogea L).

DAFTAR PUTAKA
Andaka, Ganjar. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n-              heksana. Jurnal Teknologi. Vol.2 No.1
Hidayati, Darimmiyah. 2014. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi II. Laboratorium Teknologi Industri Pertanian. Universitas Trunojoyo Madura
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta UI Press
Ramadhan, Ahmad Eka. 2010.  Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Secara Batch. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro
Shakhashiri. 2009. General chemistry chemical of the week ethanol. Catatan pribadi prof.shakhashiri.www.scifun.org (Diakses tanggal 15 juni 2014)
Yuliani, Sri Hartati. 2013. Aplikasi Desain Faktorial untuk Mempelajari Proses Ekstraksi Asam Ursolat dari Binahong [Anredera cordifolia (Ten) Steenis]. Jurnal Farmasi Kesehatan. Vol.26 No.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar