PENENTUAN
JENIS PELARUT TERBAIK DALAM PROSES EKSTRAKSI KANDUNGAN LEMAK KACANG TANAH (Arachis Hipogea L)
Ervina
Vony Yulia Nurlaita
Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
email: ervinavony@gmail.com
ABSTRAK
Kacang tanah merupakan jenis polong-polongan
yang memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama kandungan minyak. Cara mendapatkan
minyak pada kacang tanah dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi yang
digunakan yaitu jenis lixiviation dengan tujuan untuk memperoleh komponen yang
ada dalam zat padat. Pada proses ekstraksi pelarut yang digunakan yaitu pelarut
polar (etanol) dan pelarut non polar (kloroform). Alat yang digunakan untuk
mengekstak lemak dari kacang tanah adalah soxhlet. Dengan berat ampas sebesar
-0.33 gram dan berat pelarut 0.77 gram pada pelarut etanol, sedangkan berat
ampas -0.3 gram dan pelarut 0.73 gram pada kloroform memiliki perbedaan yang
tidak terlalu jauh berbeda sehingga dari kedua jenis pelarut ini tidak memiliki
pengaruh terhadap berlangsungnya proses ekstraksi namun dengan titik didih
etanol 78.5ºc dan titik didih kloroform 61.2ºc maka pelarut yang terbaik adalah
etanol. Karena etanol lebih cepat menguap sehingga pada proses ekstraksi juga
dapat berlangsung dengan cepat dan lebih efektif.
Kata Kunci: Ekstraksi,
Etanol, Kloroform, Kacang Tanah
PENDAHULUAN
Tanaman kacang tanah (Arachis hipogea L)
termasuk tanaman polong-polongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai
di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman palawija jenis leguminoceae
yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat
dan minyak. Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati
hingga selai. Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi
yaitu berkisar antara 40-50% dan merupakan minyak nabati yang bebas kolesterol.
Karena kandungan minyaknya cukup tinggi maka kacang tanah merupakan sumber
minyak yang penting (Andaka, 2009).
Minyak
yang terkandung dalam kacang tanah dapat dihasilkan dengan proses ekstraksi dan
proses fermentasi. Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan cara rendering (dry
rendering dan wet rendering) dan dengan cara mechanical expression serta
solvent extraction. Pada proses ekstraksi ini, dengan adanya pemanasan
solute yang terperangkap di dalam padatan mulai meleleh, bergerak melalui
pori-pori padatan. Adanya penambahan pelarut menyebabkan pori-pori padatan
mengembang dan pelarut yang masuk kemudian melarutkan solute dilanjutkan dengan
berdifusi keluar permukaan partikel padatan dan bergerak ke lapisan film
sekitar padatan, untuk selanjutnya ke badan cairan (Ramadhan, 2010).
Ekstraksi
adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam–macam, yaitu
rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan
solvent extraction). Ekstraksi
akan berlangsung dengan baik bila diameter partikel diperkecil. Pengecilan
ukuran ini akan memperluas bidang kontak antara kacang tanah dengan pelarut,
sehingga produk ekstrak yang diperoleh pun akan semakin besar (Ketaren, 2008).
Pelarut etanol memiliki
sifat dapat meleleh
pada -114,1
° C, mendidih
pada 78,5 ° C, dan memiliki
kerapatan 0,789 g / mL pada 20 ° C. Titik beku rendah berguna berguna sebagai cairan dalam termometer untuk suhu
di bawah -40 ° C, titik beku air raksa, dan lainnya tujuan suhu
rendah, seperti untuk antibeku dalam radiator mobil (Shakhasirhi,
2009). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelarut yang terbaik antara pelarut polar (etanol) dan non
polar (kloroform) dalam proses ekstraksi kandungan lemak kacang tanah (Arachis Hipogea L)
METODE
Bahan yang dipakai untuk penelitian
kali ini adalah kacang tanah sebagai bahan utamanya, sedangkan untuk bahan
lainya yang dipakai antara lain dua pelarut yang berbeda yaitu pelarut polar
dan pelarut non polar. Pelarut polar yang digunakan adalah etanol sedangkan
pelarut non polarnya adalah klorofom. Alat yang dipakai yaitu soxhlet, oven,
mortar, alu kertas saring, dan benang. Prosedur proses ekstraksi yang pertama
yaitu menimbang kacang tanah sebesar 8 gram, kemudian menghaluskan dengan
mortar dan alu.
Setelah kacang tanah halus maka
ditimbang sebanyak 2 gram dan kemudian dibungkus kedalam kertas saring langsung
diikat dengan tali agar bahan yang dibungkus tidak tumpah waktu dimasukkan
soxhlet. Setelah selesai dibungkus bahan langsung dimasukkan ke dalam soxhlet,
proses ekstraksi berlangsung selama 4 jam dan akan tereflak oleh larutan selama
4 kali. Kemudian bahan yang telah diekstrak langsung dikeringkan pada oven
dengan suhu 105ºc selama 30 menit, namun dilakukan pengulangan selama tiga kali
pengovenan, hal ini berguna untuk mencari berat konstan. Setelah diperoleh
berat konstan maka dilakukan perhitungan kadar lemak kacang tanah.
Rumus Perhitungan:
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Berat bahan yang digunakan pada
proses ekstraksi
|
Pelarut Polar (Etanol)
|
Pelarut Non Polar (Kloroform)
|
|
Berat kertas
saring = 0.61 gram
Berat tali = 0.17 gram
Berat bahan = 2 gram
Berat total = 2.77 gram
|
Berat kertas
saring = 0.64 gram
Berat tali = 0.08 gram
Berat bahan = 2.01 gram
Berat total = 2.73 gram
|
Tabel 2. Neraca massa antara pelarut polar
dan pelarut non polar
|
Neraca Massa Pelarut polar (Etanol)
|
|
Kadar lemak 0.44
gram
Ampas =>
Kadar lemak – pelarut
0.44 gram- 0.77 gram= -0.33 gram
Pelarut =>
Berat awal- berat akhir
2.77 gram- 2 gram= 0.77 gram
|
|
Neraca Massa Pelarut Non Polar
(Kloroform)
|
|
Kadar lemak 0.44
gram
Ampas =>
Kadar lemak – pelarut
0.44 gram- 0.74 gram= -0.3
gram
Pelarut =>
Berat awal- berat akhir
2.73 gram- 1.99 gram= 0.73
gram
|
Ekstraksi
merupakan proses untuk memisahkan satu ataupun lebih komponen yang terdapat
dalam fase padat dengan menggunakan bantuan fase cair yang biasa disebut dengan
pelarut. Penelitian ini menggunakan dua pelarut yang berbeda kemudian
membandingkan dua pelarut tersebut kemudian memilih pelarut yang terbaik yang
dapat digunakan untuk mengekstrak lemak dari kacang tanah (Arachis Hipogea L) dan untuk mendapatkan kadar lemak yang
diinginkan. Dari proses ekstraksi ini dilakukan proses ekstraksi jenis
lixiviation yaitu proses ekstraksi yang bertujuan untuk memperoleh sebuah
komponen yang ada dalam zat padat, contohnya ekstraksi minyak kedelai
(Hidayati, 2014).
Pada
proses ekstraksi terdapat tiga tahapan yaitu pertama tahap terbentuknya larutan
antara zat padat dan pelarut. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih satu
jam karena larutan dari bawah soxhlet diuapkan sampai semua larutan masuk
melalui tabung tempat bahan diletakkan. Setelah larutan dan padatan tercampur
maka tahapan kedua yaitu pelarut masuk kedalam pori-pori zat padat dan menarik
komponen yang akan dipisahkan. Solute akan bergerak dari pori-pori ke permukaan
zat padat karena adanya perbedaan konsentrasi. Dan setelah itu tahapan terakhir
solute berpindah dari permukaan ke larutan sampai terjadi kesetimbangan
(Hidayati, 2014).
Pada
tabel 2 didapatkan berat ampas dan pelarut dari kedua jenis pelarut berat ampas
sebesar -0.33 gram dan berat pelarut etanol sebesar 0.77 gram. Sedangkan pada
ampas klorofom beratnya didapatkan sebesar -0.3 gram dan berat pelarut sebesar
0.73 gram. Dengan titik didih etanol sebesar 78.5ºc dan titik didih kloroform
sebesar 61.2ºc dapat mempengaruhi kecepatan saat pendidihan pelarut sehingga
ketika pelarut cepat mendidih dan mengalami proses penguapan maka proses reflak
yang terjadi pada soxhlet ketika mengekstrak kacang tanah juga semakin cepat.
Dengan tidak adanya perbedaan yang jauh berbeda dari berat ampas dan berat
pelarut yang didapatkan maka dapat dikatakan antara perut polar (etanol) dan
pelarut non polar (kloroform) tidak memiliki perbedaan pengaruh yang berbeda ketika
digunakan untuk mengekstrak lemak kacang tanah, karena pada tipe pelarut
utamanya etanol sering digunakan untuk mengekstraksi senyawa akrif dari bahan
alam (Yuliani, 2013).
Namun jika didasarkan pada titik didihnya maka
pelarut etanol dan pelarut kloroform yang termasuk pelarut terbaik adalah
pelarut etanol karena dengan titik didih rendah maka proses penguapan yang
berlangsung pada tabung reflak dapat dicapai dalam waktu yang singkat, sehingga
ketika penguapan berlangsung cepat maka saat mengekstrak juga bisa lebih cepat
dan efektif dibandingkan dengan pelarut yang memiiki titik didih yang lebih
besar dari titik didih etanol.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah pertama jenis pelarut yang digunakan,
pelarut yang digunakan harus memiliki polaritas yang sama dengan polaritas
solute yang akan dipisahkan agar pada proses ekstraksi dapat berlangsung secara
efektif. Kedua jumlah pelarut dan jumlah bahan yang akan dipisahkan setidaknya
jumlahnya harus lebih banyak dari berat bahan yang akan diekstrak. Ketiga suhu
atau temperature, karena semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula proses
penguapan dan berlangsungnya ekstraksi juga semakin cepat. Dan yang terakhir
adalah ukuran partikel, semakin besar luas permukaan bahan yang akan diekstrak
maka semakin mudah pelarut untuk menembus pori-pori bahan dan menarik komponen
yang akan diekstrak, terutama minyak pada kacang tanah yang akan diekstrak
(Hidayati, 2014).
KESIMPULAN
Dengan
hasil berat ampas dan berat pelarut yang dihasilkan dari kedua pelarut baik
polar (etanol) ataupun non polar (kloroform) maka kedua pelarut ini sama-sama
tidak memiliki pengaruh ketika digunakan dalam mengektrak kacang tanah dan
umumnya untuk bahan-bahan alami. Sedangkan pelarut yang terbaik untuk mengekstak
adalah pelarut etanol karena dengan titik didih yang lebih rendah dari titik
didih kloroform maka hal itu dapat mempercepat proses penguapan saat ekstraksi
sehingga proses ekstraksi yang berlangsung relatif lebih cepat dan efektif pada mengekstrak kacang tanah (Arachis Hipogea L).
DAFTAR PUTAKA
Andaka,
Ganjar. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n- heksana. Jurnal Teknologi. Vol.2 No.1
Hidayati, Darimmiyah. 2014. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi II. Laboratorium Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Trunojoyo Madura
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta UI Press
Ramadhan, Ahmad Eka.
2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol,
Suhu dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Secara Batch. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Diponegoro
Shakhashiri. 2009. General chemistry chemical of the week
ethanol. Catatan pribadi prof.shakhashiri.www.scifun.org (Diakses tanggal
15 juni 2014)
Yuliani, Sri Hartati. 2013. Aplikasi Desain Faktorial untuk Mempelajari Proses Ekstraksi Asam
Ursolat dari Binahong [Anredera
cordifolia (Ten) Steenis]. Jurnal Farmasi Kesehatan. Vol.26 No.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar